Choirudin

Wisata


Monumen Kresek

Monumen Kresek, adalah monumen bersejarah yang merupakan peninggalan dan sebagai saksi atas Peristiwa Madiun. Lokasi peninggalan sejarah dengan luas 2 hektar ini, berada 8 km ke arah timur dari kota Madiun dan terdiri dari monumen dan relief peninggalan sejarah tentang keganasan PKI pada tahun 1948 di Madiun.
Adapun fasilitas wisata yang ada di tempat ini, antara lain, pendopo tempat istirahat, taman tanaman langka dan dilengkapi pula areal parkir.

Selengkapnya.....

Kab. Madiun

Sekilas Tentang Madiun

Kabupaten Madiun, adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Bojonegoro di utara, Kabupaten Nganjuk di timur, Kabupaten Ponorogo di selatan, serta Kota Madiun, Kabupaten Magetan, dan Kabupaten Ngawi di barat. Ibukotanya adalah Madiun, namun sebagian besar gedung-gedung pemerintahan berada di kota Caruban.
Madiun dilintasi jalur utama Surabaya-Yogyakarta, dan kabupaten ini juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan Pulau Jawa. Kota-kota kecamatan yang cukup signifikan adalah Caruban, Saradan, dan Balerejo.
Bagian utara wilayah Madiun berupa perbukitan, yakni bagian dari rangkaian Pegunungan Kendeng. Bagian tengah merupakan dataran tinggi dan bergelombang. Sedang bagian tenggara berupa pegunungan, bagian dari kompleks Gunung Wilis-Liman.
Kabupaten Madiun terdiri atas 15 kecamatan, yang terbagi dalam 206 desa dan kelurahan. Dalam percakapan sehari-hari penduduk kabupaten Madiun menggunakan Bahasa Jawa dengan Dialek Madiun atau Dialek Mataraman yang lebih condong ke logat Surakarta/Solo.
Potensi yang menonjol saat ini adalah pertanian padi,kedelai,palawija, perkebunan kakao,durian,rambutan dan produk hasil hutan dan produk olahan lainnya seperti kerajinan kayu jati dan lain sebagainya.
Sejarah
Kabupaten Madiun ditinjau dari pemerintahan yang sah, berdiri pada tanggal paro terang, bulan Muharam, tahun 1568 Masehi tepatnya jatuh hari Kamis Kliwon tanggal 18 Juli 1568 / Jumat Legi tanggal 15 Suro 1487 Be - Jawa Islam.
Berawal pada masa kesultanan Demak, yang ditandai dengan perkawinan putra mahkota Demak Pangeran Surya Patiunus dengan Raden Ayu Retno Lembah putri dari Pangeran Adipati Gugur yang berkuasa di Ngurawan Dolopo. Pusat pemerintahan dipindahkan dari Ngurawan ke desa Sogaten dengan nama baru Purabaya (sekarang Madiun). Pangeran Surya Patiunus menduduki kesultanan hingga tahun 1521 dan diteruskan oleh Kyai Rekso Gati. (Sogaten = tempat Rekso Gati)
Pangeran Timoer dilantik menjadi Bupati di Purabaya tanggal 18 Juli 1568 berpusat di desa Sogaten. Sejak saat itu secara yuridis formal Kabupaten Purabaya menjadi suatu wilayah pemerintahan di bawah seorang Bupati dan berakhirlah pemerintahan pengawasan di Purabaya yang dipegang oleh Kyai Rekso Gati atas nama Demak dari tahun 1518 - 1568.
Pada tahun 1575 pusat pemerintahan dipindahkan dari desa Sogaten ke desa Wonorejo atau Kuncen, Kota Madiun sampai tahun 1590.
Pada tahun 1686, kekuasaan pemerintahan Kabupaten Purabaya diserahkan oleh Bupati Pangeran Timoer (Panembahan Rama) kepada putrinya Raden Ayu Retno Djumilah. Bupati inilah selaku senopati manggalaning perang yang memimpin prajurit-prajurit Mancanegara Timur.
Pada tahun 1586 dan 1587 Mataram melakukan penyerangan ke Purbaya dengan Mataram menderita kekalahan berat. Pada tahun 1590, dengan berpura-pura menyatakan takluk, Mataram menyerang pusat istana Kabupaten Purbaya yang hanya dipertahankan oleh Raden Ayu Retno Djumilah dengan sejumlah kecil pengawalnya. Perang tanding terjadi antara Sutawidjaja dengan Raden Ayu Retno Djumilah dilakukan disekitar sendang di dekat istana Kabupaten Wonorejo (Madiun).
Pusaka Tundung Madiun berhasil direbut oleh Sutawidjaja dan melalui bujuk rayunya, Raden Ayu Retno Djumilah dipersunting oleh Sutawidjaja dan diboyong ke istana Mataram di Plered (Jogjakarta) sebagai peringatan penguasaan Mataram atas Purbaya tersebut maka pada hari jum'at Legi tanggal 16 Nopember 1590 Masehi nama “Purbaya” diganti menjadi “Madiun ”
Tempat Wisata
• Waduk Bening Widas
• Grape
• Monumen Kresek
• Taman Rekreasi Umbul
• Air Terjun Seweru / Serondo
• Peninggalan Sejarah Nglambangan
• Waduk Notopuro
• Waduk Kedungbrubus

Makanan Khas
• Pecel Madiun
• Brem
• Madumongso
• Lempeng
• Kue Satu
• Emping Garut




Selengkapnya.....

Wajah tersenyum

Manfaat Senyum ne.....

KotaSantri.com : Wajah adalah media ekspresi seseorang. Dari wajah dapat tergambar apa yang dirasakan atau yang sedang dialami seseorang. Jika seseorang menutup wajahnya maka sulit sekali untuk mengenali siapa ia, begitupun sebaliknya jika seluruh tubuh keculi wajah yang tertutup maka sangatlah mudah untuk mengenal siapa ia.

Wajah juga menggambarkan sisi dalam manusia. Orang yang bahagia, gembira wajahnya akan terlihat ceria dan selalu tersenyum, sedangkan yang gundah atau kesal wajahnya akan terlihat muram dan masam.

"Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya. Dan dia sangat marah." (QS. An-Nahl : 58).

Di wajah terdapat pula indra-indra manusia, seperti telinga, hidung dan lidah. Bahkan akalpun tidak jauh dari wajahnya. Karena itulah wajah dipilih Al-Qur?an dan Sunnah sebagai lambang totalitas manusia. Allah SWT berfirman : "Pada hari yang di waktu itu ada muka yang yang menjadi putih berseri, dan ada pula yang menjadi muka hitam muram." (QS. Ali Imran : 106).

Keceriaan di wajah merupakan kejewantahan dari sisi dalam manusia. Ibn Sina, seorang ilmuan muslim, mengemukakan bahwa salah satu sifat orang arif adalah selalu senyum gembira. Karena itulah Rasulullah SAW dilukiskan selalu bersikap bermuka manis dalam menghadapi siapapun. Senyuman Rasulullah SAW mencerminkan indahnya akhlak beliau dalam tindak tanduknya sehari-hari.

Manis senyumnya memancarkan keindahan bagai menembus dimensi waktu ribuan tahun dan jarak ribuan kilometer. Itupun akan terus berlanjut hingga kiamat nanti. Sampai sekarang pun kita masih merasakan getar-getar senyuman kasih sayang beliau yang terkandung dalam Al-Qur?an dan As-Sunnah. Itulah kemuliaan beliau terasa sampai saat ini.

Senyum adalah salah satu tabiat manusia yang sedikit misterius, yang mempunyai maksud tersirat dan tujuan tertentu. Ada pula yang mengatakan bahwa senyuman adalah sesuatu yang aneh tetapi nyata. Walaupun semua orang punya bibir, namun untuk urusan yang satu ini tidak semua orang mampu untuk melakukannya terlebih ketika seseorang sedang marah, biasanya susah sekali untuk melepaskan diri dari cemberut. Wajah yang semulanya rupawan, kalau sedang marah jadi kelihatan buruk dan menakutkan.

Senyuman merupakan satu sifat dan akhlak mulia. Namun tidak jarang senyuman yang dilemparkan menjadi sebuah senjata ampuh untuk memikat seseorang. Banyak sekali orang yang jatuh hati disebabkan oleh sebuah senyuman.

Sebagaimana jamaknya suatu budaya, senyuman pun kini mengalami perkembangan. Senyuman menjadi sangat bervariasi dengan nilai dan karakteristiknya masing-masing. Dari warna-warni senyuman itu dapat kita bagi kedalam beberapa macam, diantaranya sebagai berikut :

A. Senyuman egois atau sinis, sebuah senyuman yang tidak bersahabat. Senyuman tersebut terbentuk dari perasaan dendam kesumat. Senyuman ini dapat menyebabkan orang yang diberi senyum sakit hati melihatnya.

B. Senyum menggoda, sebuah senyuman yang bertujuan untuk menggoda seseorang. Sebuah senyuman yang bisa menjerumuskan orang lain kedalam maksiat. Sebagai contoh senyuman seseorang untuk mengajak lawan jenisnya melakukan maksiat.

C. Senyum ketabahan. Sebuah senyuman yang muncul dari orang-orang perkasa dan jantan. Sosok yang mampu menghadapi musibah hidupnya dengan tabah, tanpa kecengengan. Senyuman ini akan dirasakan oleh orang yang dekat dengan Allah.

D. Senyum ketegaran, sebuah senyuman yang menghiasi bibir orang-orang yang berwibawa dan mempunyai kekuatan dalam hidupnya. Biasanya mereka pernah melewati sebuah musibah atau cobaan hidup yang berat dan dapat dilalui dengan meraih kesuksesan. Sehingga masalah yang berat sekalipun dapat teratasi jika seseorang mampu dan memiliki senyum seperti ini.

E. Senyum ketulusan, sebuah senyuman yang datang dari hati yang paling dalam. Muncul untuk membahagiakan, menghormati, dan memuliakan orang lain. Senyuman ini menunjukkan kondisi paralel antara bibir (lahiriyah) dengan hati (bathiniayah). Sebuah senyuman yang dalam syari?at Islam bernilai ibadah, sebuah sedekah yang mudah dan ringan. Senyuman model ini memang terasa multiguna dalam mengarungi kehidupan. Senyuman ini mampu menambah keakraban dan hubungan dalam berkomunikasi. Baik dalam komunikasi secara langsung maupun dalam media perantara. Entah itu dilakukan terhadap orangtua, teman, atau pihak lain. Dengan kata lain, meski lawan bicara tidak bertemu langsung, getaran senyumnya dapat menggetarkan mata batin kita.

Senyum bukan hanya menyangkut urusan bibir saja, tetapi yang utama adalah ingin tidaknya kita membahagiakan orang lain, ingin tidaknya kita membuat keadaan di sekitar kita bercahaya? Rasulullah SAW memberikan perhatian yang luar biasa kepada setiap orang yang bertemu dengannya sehingga orang itu merasa puas. Kenapa hal ini terjadi? Diriwayatkan bahwa Rasulullah SAW bila ada orang yang menyapa beliau, beliau menganggap orang tersebut adalah orang yang paling utama di hadapan beliau. Hasilnya ketika beliau berbincang dengan siapapun, maka orang yang diajak berbincang ini senantiasa menjadi curahan perhatian. Tak heran bila cara memandang, cara bersikap ternyata menjadi atribut kemuliaan yang beliau contohkan. Dan hal tersebut tenyata berpengaruh besar terhadap sikap dan perasaan orang yang diajak bicara.

Senyum mempunyai segudang manfaat, baik bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Diantara manfaat senyum adalah sebagai berikut :

1. Dari segi penampilan, Senyum dapat memperbaiki penampilan dan menambah daya tarik. Walaupun yang tersenyum adalah kakek-kakek yang ompong dan keriput, namun senyuman tetap menjadikannya lebih baik. Seperti mempunyai makna dan nuansa tersendiri, mungkin lebih manis kesannya, lebih indah dan menyejukkan hati. Dengan senyuman, kita akan lebih dihargai dan disegani.

2. Dari segi kesehatan, orang yang murah senyum biasanya terjaga dari penyakit yang bernama stress. Jantungnya akan berdetak secara normal, sehingga terhindar dari berbagai macam penyakit ketegangan. Menjalani kehidupan sehari-hari dengan hidup senang dan ceria membuat tubuh lebih sehat dan awet muda. Menurut pendapat para dokter, untuk menghasilkan sebuah senyuman hanya dibutuhkan 17 otot wajah. Maka dari itu, tidak heran jika sering ditemukan orang dengan usia 50 tahunan punya wajah masih tetap segar, ceria dan sehat. Berbeda dengan orang yang suka marah, hobinya cemberut, atau suka mengomel, biasanya kelihatan lebih tua. Memang tiga aktivitas terakhir membutuhkan 32 otot wajah inilah yang menjadi penyebabnya.

3. Dari segi sosial, senyuman merupakan suatu bentuk keakraban dalam pergaulan masyarakat. Dan ini akan menambah suasana hangat dan indah. Karena memang ketika melihat seseorang yang murah senyum, akan terasa menyenangkan.

Senyuman memang sesuatu yang hebat dan dahsyat. Senyuman yang penuh dengan ketenangan akan mampu meluluhkan kemarahan seseorang. Hendaknya kita membiasakan untuk bersikap tenang dan murah senyum dalam bergaul. Bila kita mampu melaksanakan dengan apa yang diajarkan Rasulullah SAW maka permusuhan dan pertengkaran akan dapat ditekan. Hendaknyalah kita menumbuhkan suasana semacam ini. Bukankah dunia akan menjadi indah dengan senyuman dan apa jadinya bila semua orang bermuka masam, dan selalu cemberut...?!

Maka tersenyumlah... niscaya dunia akan tersenyum bersama kita...! Wallahu 'Alam. (camarmulya)

Selengkapnya.....

Muis Menang...

Pasangan "Muis" Menangi Pilkada Madiun Versi KPU

Minggu, 22 Juni 2008
MADIUN (Suara Karya): Pasangan Muhtarom-Iswanto (Muis) yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrat, akhirnya memenangkan Pilkada kabupaten Madiun yang digelar, 18 Juni 2008 lalu.

Kemenangan pasangan tersebut berdasarkan hasil rekapitulasi yang dilakukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) kabupaten Madiun, dalam rapat terbuka yang diikuti oleh Panitia Pemungutan Kecamatan (PPK), Panitia Pengawas (Panwas), baik kabupaten maupun kecamatan serta saksi dari masing-masing pasangan calon di kantor KPU setempat, Minggu (22/6).

Ketua KPU Madiun, Anwar Sholeh Azarkoni mengatakan, perhitunagn suara hasil Pilkada yang dilakukan oleh KPU adalah berdasarkan hasil perhitungan suara yang dilakukan di 15 PPK yang ada dikabupaten Madiun, selama tiga hari setelah pemungutan suara Pilkada berlangsung.

"KPU hanya merekapitulasi suara berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan oleh PPK. Sesuai dengan tahapan Pilkada Madiun, agenda resmi KPU adalah melakukan rekapitulasi hasil pemungutan suara," katanya disela perhitungan suara.

Rekapitulasi yang dilakukan sejak pukul 09.30 hingga pukul 11.30 WIB diperoleh, pasangan pertama yaitu Tomo Budi-Bagus Risky (Toba) yang diusung Partai Golkar memperoleh 128.639 suara.

Pasangan kedua yaitu Muhtarom-Isawanto (Muis) yang diusung oleh Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Demokrat memperoleh suara sebanyak 186.949. Pasangan ketiga yaitu pasangan Zaenal Abidin-Johanes Ristu Nugroho (Zaestu) yang diusung PDIP memperoleh 53.754 suara.

"Untuk surat suara yang tidak sah dalam Pilkada kabupaten Madiun sebanyak 21.186 suara. Total suara suara sah yang masuk berdasarkan hasil rekapitulasi adalah sebanya 389.858 suara. Sedangkan jumlah pemilih sesuai dengan Daftar Pemilih Tetap (DPT) sebanyak 548.897 pemilih", katanya menambahkan.

Lebih lanjut ia menjelaskan, dengan adanya rekapitulasi hasil penghitungan suara Pilkada, selanjutnya akan ditetapkan sebagai hasil resmi yang rencananya akan dilakukan Minggu malam (22/6) ini.

Sesuai dengan tahapan yang ada, pihak-pihak yang kurang setuju dengan hasil rekapituslasi diberikan kesempatan untuk mengajukan keberatan kepada KPU.

"Nanti malam hasil rekapitulasi ini akan ditetapkan sesuai dengan tahapan sebagimana diatur undang-undang yang berlaku. Untuk saksi yang meninggalkan proses rekapitulasi akan dicatat di tempat khusus", katanya menegaskan.

Proses rekapitulasi yang dilakukan oleh KPU Madiun mendapatkan pengamanan yang ketat dari aparat kepolisian, terbukti jalur menuju ke kantor KPU yaitu jalan Suhud Nosingo kota Madiun ditutup dengan kawat berduri serta disiapkan mobil "water canon". (Antara)

Selengkapnya.....

Pecel Madiun


Nasi Pecel Emang Manteb

Kali ini saya juga membawa misi berat yaitu, membuat list Pecel Madiun yang enakkk dan wueeennakkk.

Penasaran juga seh, kenapa nih pecel Madiun terkenal sampai segitu banyaknya warung kaki lima yang pakai nama Pecel Madiun.
Duh, emang bener kalau Madiun surganya pecel, lha sepanjang jalan kok rata-rata jualan peceeelll semua. ck..ck..ck...sementara hanya empat tempat yang kita sambangi, yaitu mbak yayuk, Yu Gembrot,warung Bu Wo, dan Pecel Murni.
Pecel Madiun, memang beda. Dari sayurnya sampai bumbu kacangnya. Kalau di Surabaya, sayur pecelnya cambah panjang, kubis, sawi dan (sst...sembarang sayur tergantung yang ada di pasar).
Nah, pecel Madiun rada selektif, terdiri cambah pendek, bayam, kacang panjang, kembang turi dan irisan rebung muda (ini sih katanya tergantung musim, cuman heran juga,nih rebung biasanya dibuat lodeh khan, tapi enak juga dibuat pecel, mak kress..kresss), dan final touch ditaburi lamtoro. Wadahnya masih menggunakan pincuk alias daun pisang, pas saya datang kebetulan nasinya baru mateng, asapnya kebal-kebul. Sayurnya serba cubit (saipet gitu lho), trus disiram bumbu, diberi serundeng yang hhmm..mmm, kerupuk tempe dan peyek dele hitam (knp ya kok dele hitam ..keras banget!).

Liat porsinya yang super hematt, saya pun minta tambah lauk. Saya benar-benar dibuat lapar mata, sebab babatnya gede trus empuk, daging empalnya juga terasa sedep banget, karena diungkep dengan bumbu, gula merah, tumbar, asem.Begitu gigit terasa banget bumbu diserat-serat dagingnya. Wuihhhh.. sangat..sangat terasa sekali. Masih ada juga ati ampela, usus sapi, telor asin masirr, ceplok, tahu –tempe bacem... wisss bikin kalap. (Ingat ! ini khan misi mulia, sementara soal kolesterol dilupakan dulu).
Ketika sayur berpadu dengan bumbu, wah …bumbu kacangnya dahsyatt. Kacangnya terasa karena ditumbuk kasar, ada rasa asem, manis dan gerusan dari daun jeruknya kaya banget.

Panteslah, Pecel Madiun ngetop gitu, paduan sayur kembang turi, rebung muda, dan bayam plus bumbu kacang menghasilkan sensasi luar biasaaa…di mulut, sampai-sampai saya ingin tambah. Tapi niat itu buru-buru dibatalin, soalnya saya harus nyobain makanan ditempat lain….serbuuuuuu !!

Selengkapnya.....

Kab. Madiun 1

Calon Bupati Madiun

TEMPO Interaktif, Jakarta:Sebanyak empat pasang calon bupati dan wakil bupati mendaftar pada Pemilihan Bupati Madiun pada 8 Juni mendatang. Nama keempat calon ini didaftarkan pada hari terakhir pendaftaran peserta Pemilihan Bupati Madiun yang berakhir pada Minggu (9/3) pukul 12 malam.

Berdasarkan data yang tercatat di KPU Kabupaten Madiun, keempatnya adalah pasangan dari Partai Golongan Karya (Golkar) yaitu Tomo Budi Haryoso dan Bagus Rizki Gunawan. Pasangan kedua adalah koalisi dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Demokrat yaitu Muhtarom dari PKB sebagai calon Bupati dan Iswanto dari Demokrat.

Sedangkan pasangan ke-3 adalah Zaenal Abidin dan Restu Nugroho yang diusung oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Pasangan terakhir adalah Naryoto dan Mohammad Abbas yang berasal dari aliansi partai yang berasal dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Ketua KPU Madiun, Anwar Soleh Azarkoni mengatakan keempat pasangan ini akan dilakukan verifikasi apakah mereka lulus dalam persyaratan berdasar aturan yang berlaku. "Mereka harus lulus 35 syarat untuk bisa lulus sebagai calon Bupati dan Wakil Bupati," ujar dia pada Tempo, Senin (10/3).

Pihaknya, hingga saat ini telah membentuk kelompok kerja yang bertugas memverifikasi calon. Proses ini direncanakan selesai pada 16 Maret mendatang. "Besok akan dilakukan tes kesehatan bagi keempat calon pasangan," tambahnya. DINI MAWUNTYAS

Selengkapnya.....

Presiden RI 2

KEPEMIMPINAN SOEHARTO

BAB I

A. PENDAHULUAN
Kepemimpinan dalam prespektif Islam pada hakikatnya merupakan suatu amanah. Dalam salah satu hadis Nabi disebutkan bahwa, “Setiap Kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban.” Karena itu, kepemimpinan menjadi unsur yang sangat strategis dalam kehidupan suatu jamaah atau masyarakat.

Kepemimpinan dari seorang tokoh yang disegani dan dihormati secara luas oleh masyarakat dapat pula menjadi faktor yang menyatukan suatu bangsa-negara. Pemimpin ini menjadi panutan sebab warga masyarakat mengidentifikasikan diri kepada sang pemimpin, dan ia dianggap sebagi “penyambung lidah” masyarakat.

Akan tetapi, peimpin saja mungkin tidak menjamin bagi terbentuknya suatu bangsa-negara sebab pengaruh pemimpin bersifat sementara. Dalam hal ini ada dua penyebab. Pertama, umur manusia (pemimpin) terbatas, dan khususnya pemimpin kharismatik tidak dapat diwariskan. Pemimpin tidak hanya yang masih hidup dapat berfungsi sebagai simbol persatuan bangsa, tetapi juga yang sudah menjadi pahlawan. Kedua, tipe kepemimpinan berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat. Masyarakat yang berubah menghendaki tipe pemimpin yang berubah pula. Pada pihak lain tidak hanya pemimpin kharismatik dipandang sebagai simbol persatuan bangsa, tetapi juga di negara-negara yang maju seorang pemimpin diharapkan tampil sebagai “wakil” atau personifikasi bangsa di dalam maupun di luar negeri.

Drama terbesar dan paling tragis dalam sejarah Indonesia tentulah drama kehidupan Soeharto. Setelah tiga decade berkuasa, ditakuti, disembah bagai dewa, kini Soeharto paling terhujat di Indonesia. Sebagai pemimpin bangsa dan negara Republik Indonesia, Pak Harto menjadi pusat perhatian dan sorotan, tidak saja dari semua warga Republik ini, tetapi oleh para pakar dan pemerhati politik dari manca negara.

Rezim Orde Baru yang ia bangun selama berkuasa, banyak memunculkan kontroversi. Ada yang memuji kepemimpinan beliau sebagai “Bapak Pembangunan” dan lainnya namun banyak juga yang mengutuk dengan “Gantung Soeharto”. Bahkan ketika beliau sakit sampai akhirnya meninggal pada tanggal 28 Januari 2008 pada usia 86 tahun, ia masih menjadi bahan perbincangan yang menimbulkan banyak kotroversi. Hal itu menyangkut kelanjutan kasus korupsi yang di dakwakan kepada almarhum, dan kasus lai selama menjabat sebagai presiden.
Kehidupan Pak Harto sebagai seorang pemimpin bangsa memang menarik untuk dikaji. Meskipun banyak sisi negatif yang telah melekat pada beliau, namun banyak pula pelajaran berharga yang dapat kita jadikan bekal untuk memimpin. Untuk itulah, melalui makalah ini penulis mencoba menyampaikan secuil kepemimpinan Pak Harto, dengan harapan bisa mengambil pelajaran tentang kepemimpinan beliau.



B. BIOGRAFI SINGKAT H.M. SOEHARTO

Presiden Indonesia ke-2

Masa jabatan
12 Maret 1967 – 21 Mei 1998



Wakil
Sri Sultan Hamengkubuwono IX (1973)
Adam Malik (1978)
Umar Wirahadikusumah (1983)
Sudharmono (1988)
Try Sutrisno (1993)
B.J. Habibie (1998)


Pendahulu Soekarno

Pengganti B.J. Habibie

Tanggal lahir 8 Juni 1921
Kemusuk, DI Yogyakarta

Meninggal 27 Januari 2008 (umur 86)
Jakarta, Indonesia

Partai politik Golkar

Pasangan Siti Hartinah (almh.)

Agama Islam

Jenderal Besar Purnawirawan Haji Muhammad Soeharto, (lahir di Kemusuk, Argomulyo, Yogyakarta, 8 Juni, 1921 – Jakarta, 27 Januari 2008) adalah Presiden Indonesia yang kedua, menggantikan Soekarno. Setelah dirawat selama sekitar 24 hari di rumah sakit, ia meninggal akibat kegagalan multifungsi organ di RS Pusat Pertamina, Jakarta Selatan pukul 13.10 WIB. Secara informal, "Pak Harto" juga dipakai untuk menyapanya.
Ia mulai menjabat sejak keluarnya Supersemar pada tanggal 12 Maret 1967 sebagai Penjabat Presiden, dan setahun kemudian dilantik sebagai Presiden pada tanggal 27 Maret 1968 oleh MPRS.
Soeharto dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden.
Soeharto menikah dengan Siti Hartinah ("Tien") dan dikaruniai enam anak, yaitu Siti Hardijanti Rukmana (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi (Titiek), Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek).

BAB II

A. KEPERIBADIAN SOEHARTO
Kepribadian Soeharto dipengaruhi oleh banyak faktor. Hal itu dapat dilihat dari latar belakang beliau, yakni sebagai seorang muslim, sebagai seorang keturunan jawa, dan sebagai anggota militer. Ketiga latar belakang Soeharto tersebut, secara langsung ataupun tidak telah membentuk pribadi seorang Soeharto. Kepribadian tersebut yang kemudian juga berpengaruh pada setiap kebijakannya.
Ketiga faktor tersebut yang akan menjadi fokus dalam pembahasan kali ini. Ketiganya akan terlihat dalam sifat, perilaku, dan kebiasaan-kebiasaan Soeharto.
1. Soeharto Sebagai Keturunan Jawa
Konsep Jawa dapat terlihat penerapannya pada Kerajaan-kerajaan Jawa. Kerajaan jawa merupakan tempat yang sangat kental unsur-unsur kejawen. Pola kehidupan raja, keluarganya, pejabat pemerintah diatur oleh tradisi-tradisi Jawa.
Salah satu kerajaan Jawa yang terkenal adalah Kerajaan Mataram. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa dinasti Mataram adalah dinasti yang muncul dari keluarga petani. Karena itu untuk dapat diterima rakyat banyak dinasti atau para raja dari dinasti ini terus berusaha memperlihatkan keunggulannya sebagai trahing kusuma, rembesing madu, wijining atapa, tedhaking andana warih. Sopan santun, tutur katanya lemah lembut, sumeh (murah senyum), tak pernah marah, ramah, dll, merupakan sifat-sifat yang melekat pada diri soeharto. Kesemuanya itu tak lepas dari usaha soeharto untuk menarik simpati rakyat demi menunjukkan keunggulan moralnya.
Dalam sejarahnya, dinasti Mataram selalu merasa dirinya terancam oleh pusat-pusat kekuasaan lain. Oleh karena itu dinasti Mataram selalu terlibat dalam usaha-usaha untuk terus mengukuhkan diri. Di samping itu dinasti Mataram memandang kekuasaan itu sebagai suatu keunggulan, yang utuh dan bulat. Artinya kekuasaan itu tidak boleh bersaing, tidak terkotak-kotak atau terbagi-bagi, dan menyeluruh (tidak hanya mengenai bidang-bidang tertentu). Kekuasaan raja seperti kekuasaan dewa, yang agung dan binatara. Karena itu raja-raja mataram itu sering menggambarkan diri sebagai raja yang agung dan binathara, baudhendha nyakrawati (agung laksana dewa, pemelihara hukum, pemegang kekuasaan). Hal itu juga dilakukan semasa kekuasaan soeharto. Dimana ia mampu memimpin selama 30 tahun tanpa ada yang mampu menurunkannya dari kursi presiden.
Dalam kedudukan sebagai penguasa negara memang raja berhak mengambil tindakan apa saja dengan cara bagaimana saja terhadapkerajaannya, segala isi yang ada didalamnya, termasuk hidup manusia. Karena itu kalau raja menginginkan sesuatu, dengan mudah ia akan memerintahkan untuk mengambilnya. Kalau yang merasa berhak atas sesuatu itu mempertahankannya, diperangilah dia. Sebaliknya kalau ada orang yang dipandangn tidak pantas berada dalam kedudukannya, dengan mudah saja raja mengambil kedudukannya, dengan membunuhnya bila perlu. Beberapa kasus pembantaian masal (malari, tanjung priyok), menjadi bukti bahwa soeharto juga mengikuti konsep tersebut. Selama berkuasa soeharto tidak memberi kesempatan kepada lawan-lawannya untuk mengusik kursinya.
Sebagai orang asli keturunan Jawa, maka Soeharto banyak menerapkan konsep-konsep Jawa dalam kehidupannya sebagai seorang presiden. Sehingga tak salah jika M.H. Ainun Najib (Cak Nun) mengatakan bahwa sistem yang dibangun soeharto adalah sistem kerajaan bukan republik.

2. Soeharto Sebagai Seorang Muslim.
Presiden Soeharto memulai hari kerjanya di waktu ia bangun pada kira-kira pukul 05.00. Sesudah mandi dan ke belakang sebagaimana yang dilakukannya setiap pagi, iapun mengerjakan sholat susbuh. Selesai sholat subuh, iapun minum secangkir kopi di kamar kerjanya yang kecil di rumah keluarga Soeharto, jalan Cendana No 8, Menteng Jakarta. Dari cerita tersebut, dapat dikatakan bahwa Soeharto termasuk muslim yang taat kepada Allah SWT.
Sebagai seorang muslim AM Fatwa mempunyai analisis lain tentang diri Soeharto. Fatwa menujuk salah satu momentum penting dalam perjalanan hidup Soeharto, ibadah haji tahun 1991. Ibadah haji bukanlah peristiwa biasa. Betapa pun, soeharto adalah seorang Kepala Negara Muslim. Fatwa mengatakan bahwa, “Perubahan yang terjadi pada sosok Soeharto itu sunnatullah. Usia dan pengalaman-pengalamannya kan membawa kepada kearifan,” katanya.
Selain itu, Ketua Umum Majelis Dakwah Islamiyah (MDI), Chalid Mawardi, mengusulkan agar Soeharto diakui sebagai Pemimpin Tertinggi Umat Islam Indonesia (Amirul Muslimin al Indonesiy). Menurut politisi NU ini, soeharto telah banyak melakukan terobosan-terobosan yang menguntungkan umat Islam. Chalid yakin bahwa soeharto benar-benar memperjuangkan Islam “dari posisinya sebagai Presiden Republik Indonesia’. Apa yang telah dilakukan soeharto dengan Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, yang telah membangun lebih dari 700 masjid, dan Yayasan Dharmis, yang telah membiayai pengiriman ribuan da’I ke daerah-daerah transmigran, serta berbagai kebijakan positif terhadap umat Islam Indonesia, bukanlah hal yang kecil.

3. Soeharto Sebagai Seorang Anggota Militer.
Kesempatan yang dinanti-nanti Soeharto begitu lama, akhirnya datang juga ketika pengantar surat menyerahkan sepucuk surat resmi yang isinya singkat sekali. Soeharto harus segera melapor untuk dinas militer. Anak muda itu, dengan badan yang tegap dan cerdas, dengan mudah diterima masuk Sekolah Militer di Gombong, Jawa Tengah, pada tanggal 1 Juni 1940. Perjalanan militer inilah yang kemudian membuat Soeharto menjadi orang yang terkenal.
Dari Kepala Staf Divisi Diponegoro, Soeharto naik dalam beberapa bulan menjadi Panglima Divisi. Pada tanggal 1 Januari 1957, dinaikkan pangkatnya menjadi Kolonel (Infanteri). Di waktu itu catatan ringkas mengenai dirinya adalah: umur 35 tahun; sudah lebih 16 tahun dinas militer; berpengalaman sebagai Komandan di waktu perang dan damai. Latar belakang militer ini, kemudian membentuk sifat-sifatnya yang utama: pemberani, berdisiplin, berhati-hati dan dapat dipercaya.
Sifat lain yang muncul ketika ia di militer ialah Soeharto sangat sadar akan masalah-masalah yang dihadapi oleh prajurit-prajuritnya, baik di waktu dinas maupun di luar dinas. Ia menumpahkan perhatiaannya kepada kesejahteraan anak buahnya.menurut doktrin militer Indonesia, mengingat kehidupan rakyat banyak yang masih melarat, termasuk tentara, panglima Divisi diponegoro menekankan perlunya dibangun kegiatan kooperasi Angakatn Darat.
Selain itu Soeharto membangun dan memperluas konsep "Jalan Tengah"-nya Jenderal Nasution menjadi konsep dwifungsi untuk memperoleh dukungan basis teoritis bagi militer untuk memperluas pengaruhnya melalui pejabat-pejabat pemerintahan, termasuk cadangan alokasi kursi di parlemen dan pos-pos utama dalam birokrasi sipil. Peran dwifungsi ini adalah peran militer di bidang politik yang permanen.

B. KONSEP DIRI SOEHARTO SEBAGAI SEORANG PRESIDEN.
Konsep diri atau peran Soeharto sebagai seorang presiden telah dibangun puluhan tahun, dikonfirmasikan kabinet-kabinetnya, TNI (dulu ABRI), MPR dan lembaga-lembaga negara lainnya, media massa (termasuk buku-buku yang menyanjung dan menjilatnya, seperti Manajemen Presiden Soeharto), dan seluruh rakyatnya. Untuk memperkukuh peran sosialnya, Soeharto menggunakan mistifikasi. Berbagai upacara resmi, formalitas, dan gelar yang impresif (misalnya “Bapak Pembangunan”) yang digunakan untuk menciptakan kharismanya. Salah satu tehnik mistifikasi Soeharto adalah menjaga jarak sosial dengan khalayak. Selama puluhan tahun di dalam negeri ia hampir tidak pernah bersedia diwawancarai oleh wartawan, baik media cetak ataupun elektronik. Saat berlangsung dialog dengan rakyat kecil di daerah, yang biasanya disiarkan TVRI dalam “Laporan Khusus” sesudah “Dunia Dalam Berita” pukul 21.00, dialog itu tampak kaku dan artifisial, karena berdasarkan skenario yang telah disusun. Dengan membatasi kontak sosial itu, Soeharto berusaha menciptakan kekaguman atau keterpesonaan khalayak kepada dirinya. Sikap Soeharto yang sedikit rendah hati boleh jadi membuat khalayak terkesima untuk melihat presiden lebih dekat.
Konsep diri itulah yang menjadi salah satu faktor Soeharto mampu berkuasa selama tiga dekade. Selain itu mungkin banyak faktor lain yang sering menimbulkan kontroversi dalam setiap pembahasannya.

C. MODEL KEPEMIMPINAN SOEHARTO
Ada beberapa model-model atau pola-pola kepemimpinan, yaitu pemimpin agama, pemimpin politik, pemimpin organisasi sosial kemasyarakatan, dan pemimpin perusahaan.
Salah satu tipe aktor politik yang memiliki pengaruh dalam proses politik, adalah pemimpin poitik dan pemerintahan. Dalam masyarakat terdapat stratifikasi dari segi kekuasaan yang dimiliki: yang memiliki kekuasaaan disebut elit (pemimpin), dan yang tidak memiliki kekuasaan, dan karena itu mematuhi pemilik kekuasaan disebut massa rakyat. Dengan demikian Pak Harto termasuk pemimpin politik yang sekaligus memiliki kekuasaan atau elit. Hal itu didukung oleh nilai-nilai yang melekat pada diri Pak Harto, seperti prestise, kekayaan ataupun kewenangan. Sebagai pemimpin politik, maka Model kepemimpinan Pak Harto bisa dilihat sebagai berikut,

1. Dilihat Dari Motif Pencarian Kekuasaan.
Model kepemimpinan Soeharto dilihat dari motif mencari kekuasaan bisa dikatakan bermotif kompensasi. Ada enam perilaku yang dianggap sebagai indikator kepribadian dari pencari kekuasaan demi kompensasi. Keenam perilaku tersebut adalah:
a. Ketidaksediaan mengizinkan orang lain mengambil bagian dalam bidang kekuasaannya.
b. Ketidaksediaan menerima nasihat mengenai fungsi yang seharusnya dalam bidang kekuasaannya.
c. Ketidaksediaan mendelegasikan kewajiban kepada pihak lain, kewajiban yang menjadi bagian utuh dari bidang kekuasaannya.
d. Ketidaksediaan berkonsultasi dengan orang lain yang menyatakan diri memiliki kekuasaan, mengenai peranan dalam bidang kekuasaannya.
e. Ketidaksediaan memberikan informasi kepada orang lain mengenai peranan dalam bidang kekuasaannya.
f. Keinginan untuk membentuk dan mengenakan sistem yang tertata kepada orang lain dalam arena politik.
Keenam perilaku tersebut ada pada kepemimpinan Pak Harto. Perilaku pertama misalnya dibuktikan dengan kepemimpinan Pak Harto yang bertahan 30 tahun sebagai Presiden. Selain itu kebebasan press yang terkungkung selama rezim Orde baru berkuasa, yang mengakibatkan proses penyebaran informasi menjadi tidak sehat merupakan indikator perilaku ke-lima.

2. Dilihat Dari Distribusi Kekuasaan
Menurut Andrian distribusi kekuasaan terbagi dalam tiga model, yakni
a. Model elit yang memerintah, melukiskan kekuasaan sebagai dimiliki oleh kelompok kecil orang yang disebut elit
b. Model pluralis, menggambarkan kekuasaan sebagai dimiliki dengan berbagai kelompok sosial dalam masyarakat dan berbagai lembaga pemerintahan.
c. Model populis, melukiskan kekuasaan sebagai dipegang oleh setiap individu warga negara atau rakyat secara kolektif.
Model pluralis mungkin bisa dikatakan cocok untuk menggambarkan distribusi kekuasaan selama kepemimpinan Soeharto. Dimana kita meliahat di Indonesia terdapat pembagian kekuasaan dalam 3 lembaga yakni, Eksekutif, Legislatif, Yudikatif. Namun menurut penulis, kepemimpinan Soeharto lebih cocok dikategorikan ke dalam model elit. Hal itu karena pada masa Orde Baru kekuasaan hanya bisa dinikmati oleh segelintir orang. Tidak ada kesempatan bagi mereka yang ingin berkuasa. Kalaupun ada itu tidak bertahan lama. Kekuasaan Pak Harto selama 30 tahun yang tak tergoyahkan, menjadi bukti hal itu.

3. Dilihat Dari Hubungan Antara Pemimpin Dan Yang Dipimpin.
Menurut Burns, ada dua tipe kepmimpinan berdasarkan hubungan antara yang memipin dan yang dipimpin, yaitu
a. Kepemimpinan Transaksional
Terjadi manakala seorang pemimpin mengambil prakarsa dalam melakukan kontak dengan pihak lain untuk tujuan pertukaran nilai-nilai yang dianggap penting. Yang dipertukarkan itu mencakup bidang politik seperti suara (votes) dan kekuasaan, ekonomi, seperti uang dan kekayaan lain, dan psikologi seperti kesediaan mendengar keluhan orang lain. Kepemimpinan seperti ini tidak menunjukkan kesamaan tujuan antara pemimpin dan yang dipimpin.
b. Kepemimpinan Transformatif
Terjadi manakala seorang atau lebih terlibat dengan orang lain sedemikian rupa sehingga mengangkat pemimpin dan yang dipimpin ke tingkat moral, motivasi, dan kegiatan yang lebih tinggi. Tujuan mereka yang tadinya berpisah menjadi satu.
Melihat kedua tipe di atas, maka kepemimpinan Soeharto cenderung kepada tipe kepemimpinan transaksional. Hal itu terlihat dari adanya sentralisir kekuasaan selama rezim Orde baru. Dimana Pak Harto berkuasa dalam setiap struktur pemerintahan. . Lebih jelas lagi kita lihat bagaimana semua pegawai negeri sipil harus memilih Golkar sebagai partai. Sehingga hubungan yang terjadi antara pemimpin dan rakyat seperti hubungan penjual yang memaksakan barang daganannya. Bahkan lebih ngeri lagi, karena selama orde baru mereka yang menolak memilih Golkar maka akan mendapat murka penguasa.

BAB III
PENUTUP

A. PENINGGALAN SOEHARTO
1. Bidang Politik
Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak mempengaruhi sejarah Indonesia. Dengan pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari Amerika Serikat memberantas paham komunisme dan melarang pembentukan partai komunis. Dijadikannya Timor Timur sebagai provinsi ke-27 (saat itu) juga dilakukannya karena kekhawatirannya bahwa partai Fretilin (Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente /partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka. Hal ini telah mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.

2. Bidang Kesehatan
Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia, Soeharto memulai kampanye Keluarga Berencana yang menganjurkan setiap pasangan untuk memiliki secukupnya 2 anak. Hal ini dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang nantinya dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit sampai kerusakan lingkungan hidup.

3. Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan Soeharto mempelopori proyek Wajib Belajar yang bertujuan meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak Indonesia. Pada awalnya, proyek ini membebaskan murid pendidikan dasar dari uang sekolah (Sumbangan Pembiayan Pendidikan) sehingga anak-anak dari keluarga miskin juga dapat bersekolah. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi Wajib Belajar 9 tahun.
Tiga hal di atas hanyalah sedikit dari peninggalan Soeharto bagi Indonesia. Meskipun banyak juga peninggalan lain yang patut di puji, namun banyak pula peninggalan yang menyesengsarakan rakaya berupa hutang luar negeri dan sebagainya.

B. WAFATNYA SOEHARTO
Presiden RI Kedua HM Soeharto wafat pada pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008. Jenderal Besar yang oleh MPR dianugerahi penghormatan sebagai Bapak Pembangunan Nasional, itu meninggal dalam usia 87 tahun setelah dirawat selama 24 hari (sejak 4 sampai 27 Januari 2008) di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta.
Berita wafatnya Pak Harto pertama kali diinformasikan Kapolsek Kebayoran Baru, Kompol. Dicky Sonandi, di Jakarta, Minggu (27/1). Kemudian secara resmi Tim Dokter Kepresidenan menyampaikan siaran pers tentang wafatnya Pak Harto tepat pukul 13.10 WIB Minggu, 27 Januari 2008 di RSPP Jakarta akibat kegagalan multi organ.
Kemudian sekitar pukul 14.40, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta. Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak.
Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekitar pukul 14.55, Minggu (27/1).
Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan beberapa menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad Soeharto.
Minggu Sore pukul 16.00 WIB, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, lebih dulu melayat ke Cendana.
Pemakaman
Jenazah mantan presiden Soeharto diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Cendana, Jakarta, Senin, 28 Januari 2008, pukul 09.00 WIB menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Selanjutnya jenazah akan diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Solo pukul 10.00 WIB untuk kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo, Senin (28/1).
Cak Nun memberikan analisis tentang Astana Giri Bangun. Dalam sebuah talk show di salah satu televisi swasta, cak Nun menyampaikan bahwa ide untuk membuat area pemakaman keluarga dengan arsitektur sedemikian rupa, tak akan pernah lahir selain dari orang-orang yang mempunyai pemikiran tentang konsep seorang raja, khususnya raja jawa. Hal ini membuktikan bahwa faktor keturunannya sebagai seorang jawa, salah satunya direalisasikan ketika ia kembali kepada Allah SWT.























DAFTAR PUSTAKA

 Surbakti, Ramlan, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: Gasindo, Cet 7, 2007.
 Roeder, O.G., Anak Desa Biografi Presiden Soeharto, Jakarta: Gunung Agung, Cet.5, 1984.
 Mujianto, G, konsep Kekuasaan Jawa penerapannya oleh Raja-raja Jawa, Yogyakarta: Kanisius, Cet.7, 2002.
 Husaini, Adian, Soeharto 1988, Jakarta: Gema Insani Press, 1996
 Mulyana, Deddy, Prof. Dr., Komunikasi Populer kajian Komunikasi dan Budaya Kontemporer, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
 http//id.wikipedia.org/wiki/Soeharto#column-one, Wikipedia Indonesia, Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia













Selengkapnya.....

Pemimpin Jawa

Judul : Kepemimpinan Jawa

Pengarang : Wawan Susetya
Kota Terbit : Yogyakarta
Penerbit : Narasi
Tahun : 2007
Tebal : 147 halaman

Belajar Dari Pemimpin Jawa

Di tengah kondisi bangsa yang carut mawut, acapkali kemampuan seorang pemimpin kembali dipertanyakan. Pemimpin yang dulunya disanjung, tak jarang berubah dihujat karena kebijakan yang tidak menguntungkan rakyat.

Salah satu tokoh Nasional telah mengajarakan konsep kepemimpinan yang sangat luar biasa. Meskipun demikian, tidak semua orang khususnya pemimpin bangsa mampu menerapkannya. Konsep tersebut adalah ‘Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani’.
Pertama, ‘Ing Ngarsa Sung Tuladha’. Secara normatif, seorang pemimpin diharapkan mampu menjadi teladan (contoh yang baik) bagi anak buah atau pengikutnya. Jika penguasa atau elit politik ramai-ramai melakukan KKN, jangan salahkan rakyat jika mereka pun menebangi hutan atau melakukan penjarahan aset negara lainnya.
Kedua, ‘Ing Madya Mangun Karsa’. Pengertian ‘madya’ di sini identik dengan pejabat di level menengah yang diharapkan mampu menuangkan gagasan dan ide-ide baru untuk mendukung program yang sudah ditetapkan, yakni untuk kemaslahatan rakyat.
Ketiga, ‘Tutwuri Handayani’. Ini merupakan harapan dari sikap rakyat secara keseluruhan. Rakyat itu bisa bermakna bawahan sekaligus ‘atasan’ pejabat. Dalam konteks ini yang dimaksud adalah rakyat sebagai bawahan yang diharapkan mampu tunduk patuh dalam mendukung dan melaksanakan kebijaksanaan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah.
Ketiga konsep di atas adalah konsep kepemimpinan yang digagas oleh Ki Hadjar Dewantara. Konsep tersebut secara lebih jelas di tuangkan oleh Wawan Susetya dalam bukunya yang berjudul kepemimpinan Jawa. Buku ini mencoba menawarkan konsep kepemimpinan Jawa sebagai salah satu ‘kitab’ rujukan calon pemimpin.
Selain itu, buku ini jga mencoba memberikan ‘tuntunan ilmu’ yang membedah rahasia sukses ‘ratu wicaksana kang berbudi bawa leksana’ (raja bijak yang berhati mulia) seperti Prabu Rama Wijawya dan Bathara Kresna. Kedua raja tersebut mengamalkan ‘Ilmu Hastha Bratha’, yakni ilmu tentang ‘laku’-nya 8 (delapan) perwatakan alam; bumi, air, angin, samudera, rembulan, matahari, api, dan bintang yang dimiliki oleh raja besar yang adil, berwibawa, arif dan bijaksana.
Buku ini memang sangat bernuansa Jawa. Hal itu sudah terlihat dari judul dan halaman depan yang bergambar kursi raja Jawa. Walalupun demikian, buku ini ternyata mampu mengubah nuansa ‘kejawen’ dengan nuansa Nasional. Hal itu terlihat dari kemampuan Wawan Susetya menarik setiap konsep yang ada kepada fenomena yang terjadi. Sehingga, buku ini mampu menawarkan solusi kongkrit untuk mengatasi masalah kepemimpinan bangsa. Hal itulah yang menjadi salah satu keunggulan buku tersebut.
Selain itu, nuansa ‘kejawen’ yang identik dengan mistis, berhasil disandingkan dengan nuansa keIslaman. Hal itu terlihat ketika Wawan Susetya menjelaskan tentang ‘Ilmu Hastha Bratha’. Ia menjelaskan bahwa api identik dengan nafsu amarah, bumi identik dengan nafsu lawwamah, air identik dengan nafsu supiyah (mulhimah), angin identik dengan nafsu muthmainnah. Dengan demikian ia berhasil mengurangi wacana yang muncul bahwa ilmu Jawa identik dengan mistis.
Buku ini patut dijadikan rujukan bagi siapa saja yang senang mendalami dunia kepemipinan atau ingin menjadi pemimpin yang Istiqomah dan senantiasa berakhir khusnul khotimah.

CHOIRUDIN (06210021)
Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam
Fakultas Dakwah
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta


Selengkapnya.....